..... Kerja, Kerja dan Kerja
…..
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah
Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. “
(TQS,
Al Jumu’ah,62:10)
Perlu
kita fahami bersama, bahwa Dienul Islam tidak mengajarkan perkara ritual dan
seremonial saja. Tetapi, agama ini juga mengajarkan kita untuk memperhatikan
kehidupan dunia kita. Sebagaimana terjemahan
Al Qur’an yang penulis kutip di awal tulisan ini. Sampai sampai Alloh
menggandengkan perkara shalat (ritual ibadah) dengan berikhtiar mencari karunia
(rezeqi).
Bahkan kalau kita perhatikan usia Nabi Shalallahu ‘alaihi wa salam bahkan lebih
lama menjadi seorang pedagang (usia 12 - 37 tahun = 25thn) dari pada sebagai seorang
Rasul (usia 40 -63 tahun = 23thn). Beliau bukanlah pedagang yang “jago
kandang”, karena perdagangan beliau bahkan sampai ke luar negeri Makkah
(diantaranya, Yaman, Syria, Busra, Iraq, Yordania, Bahrain dan Jazirah ‘Arab
lainnya).
Padahal zaman dulu tidaklah secanggih sekarang.
Beliau harus mengatur perbekalan karena di sepanjang perjalanan belum ada ATM,
belum ada alat transportasi pesawat terbang dan kendaraan bermesin lainnya
melainkan harus memakai unta guna mengarungi padang pasir yang ganas dan
berbahaya tanpa AC, toilet, pramugari atau makanan siap saji. Bahkan alat
komunikasi pun serba terbatas tidak ada fax, e-mail, apalagi SMS.
Ketika Rasululloh dan para shahabatnya hijrah ke
Madinah dimana kondisi perekonomian dikuasai oleh sebagian besar orang orang
Yahudi. Apakah Rasululloh mengatakan :”biarkanlah mereka orang-orang Kafir
menguasai dunia, sementara kita nanti akan menguasai akhirat”?, jawabanya T-I-D-A-K, Tidak. Tetapi Rasululloh
langsung bertindak. Hingga ahirnya, Ustman bin Affan membeli mata air punya
orang Yahudi dan mewakafkannya bagi kaum muslimin dan sahabat ‘Abdurrahman bin
‘Auf akhirnya menjadi penguasa di pasar Madinah.
Penulis akan menyajikan beberapa hadits yang
berkaitan tentang pandangan Islam dalam menjemput rezeqi :
1.
Mencari
rezeqi yang halal adalah kewajiban setelah kewajiban melaksanakan fardhu fardhu lainnya
(HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman 1191;Silsilah Hadits Shahih 2607)
2.
…Jika dia bekerja
karena ingin menjaga kesucian diri (dari meminta minta), maka dia dijalan Alloh
(fie Sabilillah)… (THR.Ath Thabrani
15619; Shahih Al Jami’us Shaghir 2308)
3.
Pedagang yang amanah
akan dibangkitkan di jannah bersama para Nabi, Shiddiqqin dan Syuhada (THR. At
Tirmidzi 1209)
Sebuah
epilog
"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka"
(TQS, Al Baqarah,2 :201)
Sesibuk apapun kita dengan
perkara dunia kita harus tetap mengutamakan kehidupan Akhirat kita. Kutipan
terjemah Al Qur’an di epilog ini menyebutkan perkara dunia hanya disebutkan
satu kali saja sementara perkara akhirat disebutkan dua kali (lihat kata yang
dicetak tebal).
Janganlah dijadikan alasan
kesibukan kita mencari dunia untuk tidak menghadiri panggilan adzan, untuk
berda’wah, dan aktif di masjid. Para shahabatpun banyak yang tergolong orang
kaya, bahkan boleh jadi kekayaan mereka
lebih dari kita tetapi kesibukan mereka itu tidak memalingkan, Abu Bakar, ‘Umar, ‘Ustman, ‘Abdurrahman bin
‘Auf untuk tetap berda’wah sampai ahirnya da’wah Islam pun sampai ke Indonesia,
ke Bandung, ke Soreang hingga ke Parken Komp.kita ini.
Jangan pula dijadikan alasan
kesulitan mencari nafkah (dengan naiknya harga bahan bahan pokok, pendidikan
yang semakin elitis, kesehatan yang semakin tidak terjangkau dan transportasi
yang semakin amburadul) menjadikan kita untuk berpaling dari menghadiri
panggilan adzan, berpaling dari berda’wah, dan ahirnya tidak ikut aktif di
masjid.
Perlu kita ketahui, bahwasannya
Rasul pun pernah mengalami masa masa sulit. Rasul terlahir sebagai Yatim, saat
usia 6 tahun Muhammad kecil pun sudah kehilangan Ibunya, saat diasuh oleh
kakeknya tiba tiba sebelum 2 tahun kakek beliau pun meninggal, ahirnya
beliau diasuh oleh pamannya Abu Thalib
yang secara finansial tidak terlalu ajeg dan sering kekurangan makanan dan saat
menjadi Rasul pun yang namanya kesulitan hidup tidak beranjak dari kehidupan
beliau, salah satunya saat beliau mengalami pemboikotan oleh penduduk Makkah,
namun apakah beliau menghentikan aktivitas da’wahnya?.jawabnya, tidak
saudaraku…
Justru disaat kita mengalami
kesulitan dalam hal mencari nafkah sementara keadaan kita sering berpaling dari
menghadiri panggilan adzan, berpaling dari berda’wah, dan akhirnya tidak ikut
aktif di masjid maka boleh jadi, penyebab kesulitan yang kita alami karena kita
belum menolong agama Alloh dengan sebaik baik pertolongan. Alloh Ta’ala
berfirman :
“Hai
orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”
(TQS, Muhammad,47:7). Wallohu’alam.
( Oleh. M. Saeful Adiatma, S.Pd.I ) Guru PAI SDIT AT-TAQWIM
Posting Komentar